Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) adalah
organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang didirikan oleh KH. M.
Hasyim Asy'ari, pendiri pondok pesantren Tebuireng. Kendati demikian, NU
tidak semerta-merta membuat KH. Wahid
Hasyim yang notabenenya adalah putra dari KH. M. Hasyim Asy'ari otomatis
memilih NU. KH. Wahid Hasyim mempunyai penilaian sendiri terhadap
organisasi yang didirikan oleh ayahnya tersebut. KH. Wahid Hasyim menjelaskan, paling tidak ada empat faktor yang menyebabkan dia bergabung dengan NU:
1. Keberhasilan NU mengembangkan organisasi dalam waktu singkat dan meliputi daerah yang luas.
2. Anggotanya punya mentalitas tinggi, meski tidak punya kaum terpelajar yang banyak.
3. NU memperhatikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam.
4. Adanya ulama yang terus menjaga ajaran Islam. Faktor Kiai, yang dulunya dianggap sebagai penghambat keberhasilan NU, justru menjadi kunci keberhasilannya.
Dari hal tersebut di atas, dapat diteladani bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua tidak secara mentah-mentah didukung oleh anak. Perlu adanya penilaian objektif berdasarkan nalar dan logika apakah sesuatu yang dilakukan oleh orang tua layak didukung oleh anak.
KH. Wahid Hasyim memilih NU bukan karena faktor pendirinya yang merupakan ayahnya sendiri, melainkan karena faktor menilaian yang dilakukannya sendiri sehingga beliau mengambil keputusan memilih NU secara objektif berdasarkan apa yang beliau amati dan dianggap baik (dan memang baik).
1. Keberhasilan NU mengembangkan organisasi dalam waktu singkat dan meliputi daerah yang luas.
2. Anggotanya punya mentalitas tinggi, meski tidak punya kaum terpelajar yang banyak.
3. NU memperhatikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam.
4. Adanya ulama yang terus menjaga ajaran Islam. Faktor Kiai, yang dulunya dianggap sebagai penghambat keberhasilan NU, justru menjadi kunci keberhasilannya.
Dari hal tersebut di atas, dapat diteladani bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua tidak secara mentah-mentah didukung oleh anak. Perlu adanya penilaian objektif berdasarkan nalar dan logika apakah sesuatu yang dilakukan oleh orang tua layak didukung oleh anak.
KH. Wahid Hasyim memilih NU bukan karena faktor pendirinya yang merupakan ayahnya sendiri, melainkan karena faktor menilaian yang dilakukannya sendiri sehingga beliau mengambil keputusan memilih NU secara objektif berdasarkan apa yang beliau amati dan dianggap baik (dan memang baik).